LINGKARPENA.ID | “Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Ini barangkali yang menginspirasi lelaki bernama Beni Bunyamin, S.pd, seorang guru yang memiliki kepekaan sosial tinggi dan mau berbagi.
Lelaki parubaya jebolan FPIPS UPI tahun 1987 ini, dipenghujung tahun 2008 pernah menyita perhatian publik dengan kegiatannya, yakni menggerakkan ratusan siswa dan masyarakat umum untuk melakukan penanaman pohon selama dua jam di sepanjang 14 km jalan raya Ujunggenteng Sukabumi.
Begitu populer kegiatan berjargon Gerakan Perindangan Jalur Jalan Raya (Gerilya) Ujunggenteng itu. Karenanya ia dianugerahi penghargaan dari Bupati Sukabumi dan meraih penghargaan PKS Award.
Di tahun yang sama, Beni yang sekarang tercatat sebagai tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Ciracap, Sukabumi, kembali membuat ulah positif dengan programnya Bedah 99 Rumah Tidak layak huni bagi janda jompo. Dengan beragam liku liku perjuangannya kini ia baru merealisasikan sebanyak 55 unit rumah.
Menurut Beni, karena dirinya sering berinteraksi dengan kehidupan para janda jompo, jadi tahu tentang persoalan yang dihadapi mereka. Lanjutnya, kata Beni, mereka itu terasing, kesepian, terabaikan, dan mereka tak berdaya ( dhuafa ).
“Suara dan keluhan mereka yang nyaris tak terdengar harus kita dengarkan, kita harus menjadi telingan untuk suaranya, menjadi tangan untuk sentuhannya, dan menjadi air mata untuk sedihnya, juga menjadi senyum untuk kebahagiannya,” papar Beni.
Di bulan suci ramadhan kali ini Beni tengah mencanangkan suatu kegiatan sosial, yaitu penggalangan dana yang akan disalurkan kepada para janda jompo yang ada di wilayah Pajampangan dan yang akan menjadi penerima manfaatnya adalah janda jompo yang tidak punya pendapatan, hidup jauh dari sanak saudara, dan mereka yang tidak tersentuh program sosial pemerintah. Terlebih untuk para janda jompo yang benar benar hidup dalam keterbatasan.
“Diantara mereka ada yang tidak bisa melihat, tidak bisa berjalan, bahkan sulit untuk berkomunikasi, pikun. padahal mereka diujung perjalanan hidupnya berhak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang,” singkat Beni.
Lebih lanjut Beni memaparkan, jika rencana penggalangan donasinya berjalan maka akan ada 99 orang janda jompo yang akan menerima manfaat dari programnya itu. Sebagai acuan, setiap satu orang janda jompo akan menerima Rp 100.000. Per orang. Jadi Rp. 100.000 x 99 = Rp 9.900.000. Jika dihitung dalam satu tahun maka dibutuhkan dana sebesar Rp 118.800.000,
“Jangan dilihat dari besar kecil uang yang diterima tetapi harus dilihat dari rasa kepeduliannya itu,” kata Beni.
Dengan niat tulus Beni akan memulai melakukan penggalangan dana dengan berbasis digital dan mengusung jargon; “shodaqoh 99 Jompo dhuafa”.
Diahir pertemuannya dengan sang inisiator Hodaqoh 99 Jompo dhuafa ia menitip pesan, barang siapa yangeraaa terketuk hatinya dan ingin berbagi ke sesama, silahkan untuk menyalurkannya lewat https://bit.ly/shodaqoh 99 Jompo.