LINGKARPENA.ID | Puluhan massa yang mengatasnamakan diri anggota Forum Sukabumi Bergerak (FSB) sempat terlibat aksi ricuh saat hendak melakukan audiensi dengan pihak manajemen PT Glostar Indonesia (GSI) 2 Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, pada Kamis, 8 Mei 2025.
Insiden itu terjadi tepat di depan gerbang pabrik GSI 2 Sukalarang Jalan Raya Sukabumi-Cianjur, tepatnya di Kampung Kedung Gede, Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang.
FSB menggelar aksi sebagai bentuk protes terhadap dugaan maraknya pungutan liar (pungli) dalam proses rekrutmen karyawan. Akibat adanya aksi tersebut lalu lintas di sekitar pabrik sempat macet. Selain itu massa menyuarakan soal ketidakjelasan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini dijalankan oleh pihak perusahaan.
Terpantau, sekitar pukul 13.40 WIB, massa FSB tiba di depan gerbang PT GSI 2 Sukalarang. Namun sebelum berhasil masuk ke area pabrik, massa FSB dihadang oleh sekelompok warga yang berjaga di pintu masuk.
Tak terelakan, aksi saling dorong dan adu mulut pun tak terhindarkan, bahkan sempat terjadi baku hantam yang mengakibatkan kerusakan pada dua kendaraan milik peserta aksi.
Beruntung situasi berhasil diredam setelah petugas Kepolisian dari Polres Sukabumi Kota yang berada di lokasi turun tangan melerai kondisi tersebut. Setelah situasi kondusif, perwakilan FSB akhirnya diizinkan masuk untuk berdialog dengan pihak manajemen PT GSI 2 Sukalarang.
Koordinator Aksi FSB, Muhammad Mulki kepada wartawan mengatakan, aksi ini dilakukan setelah pihaknya merasa tidak mendapatkan respons atas surat permohonan audiensi yang telah dikirimkan sebelumnya kepada pihak perusahaan.
“Sebelum kami melakukan aksi, kami sudah bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat setempat. Tujuan kami beraudiensi dengan pihak perusahaan,” ujar Mulki, kepada wartawan, Kamis (8/5/25) di lokasi.
“Namun, saat kami hendak memasuki gerbang PT GSI, tiba-tiba kami dihadang. Padahal kami hanya ingin berdiskusi soal masalah pungli dalam proses rekrutmen pekerja,” sambungnya.
Lanjut Mulki selain soal pungli kemacetan lalu lintas dan transparansi dana CSR juga menjadi sorotan mereka. Namun sangat disayangkan surat permohonan audiensi FSB tidak ditanggapi, sehingga mereka memilih aksi damai.
“Cuma sangat disayangkan, saat tiba di lokasi Perusahaan kami dihadang oleh sejumlah orang yang tidak kami kenal,” tandasnya.
Bahkan Mulki menyebut salah satu anggota dari FSB, atasnama Sandi, yang juga merupakan warga Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, sempat mengalami kekerasan fisik.
“Sandi sempat didorong dan digonjang-ganjing kepalanya,” ujar Mulki.
Selain itu, dua kendaraan milik peserta aksi mengalami kerusakan ringan seperti spion patah dan pelat nomor copot, namun kerusakan itu telah diperbaiki kembali.
Pada audensi tersebut, FSB menyampaikan tujuh tuntutan utama. Yakni, menghentikan seluruh praktik pungli dalam proses penerimaan kerja, memperkuat tim independen anti pungli di internal PT GSI, mengusut dan menindak tegas oknum yang terlibat, memprioritaskan warga Sukalarang dan sekitarnya dalam perekrutan tenaga kerja, menyediakan solusi kemacetan dan membangun jalan alternatif, melakukan audit terbuka dana CSR selama 10 tahun terakhir dan membentuk forum CSR partisipatif yang melibatkan masyarakat setempat.
“Aksi ini tidak bertujuan mengganggu operasional perusahaan atau investasi yang masuk ke Sukabumi. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi masyarakat. Jika tidak ditanggapi, kami akan bersurat kembali ke perusahaan dan pemerintah daerah,” tegasnya.
Terkait trrjadinya insiden itu pihak FSB masih menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian.
“Kami mendorong pihak berwenang membuka CCTV untuk mengetahui siapa yang sebenarnya melakukan provokasi,” tambah Mulki.
Hingga berita ini diturunkan, pihak perusahaan PT GSI 2 Sukalarang belum memberikan keterangan resmi.**