Lingkarpena.id, SUKABUMI – Miris, Ikin (69) warga Kelurahan Citamiang Kecamantan Citamiang Kota Sukabumi tinggal di rumah tidak layak huni (Rutilahu). Ia menempati rumah sempit berukuran 2×3 itu bersama tujuh anaknya, sehingga harus berdesakan ketika tidur di ruang tengah.
Ikin bersama anak-anaknya sudah menghuni rumah tersebut sekitar satu tahun setengah. Selain sempit, rumah itu hanya terbuat dari asbes dan papan yang sudah usang.
Pria paruh baya yang berpofesi sebagai pedagang sayur itu mengaku, rumah itu bukan miliknya tetapi milik warga pemilik kontrakan tepat di depan rumah Ikin untuk menempatinya secara gratis.
Baca juga: Pemdes Wangunsari Sukabumi Ajukan Bantuan Rutilahu ke Kementerian
Pengakuan Ikin, dirinya bukan asli warga Citamiang namun warga pedalaman di Jampang Kabupaten Sukabumi. Ia bersama keluarganya menjual rumah di sana dan mengadu nasi di Kota Sukabumi.
Dari enam anaknya, ia hanya bisa menyekolahkan anak bungsunya yang baru kelas 5 SD, karena keterbatasan biaya. Untuk mencukupi kehidupan anak dan istrinya, Ikin berkeliling menjual sayuran milik orang lain, tetapi di masa pandemi Covid-19 ini, penghasilan Ikin dari hasil berjualan terus berkurang.
Beruntung di kondisi seperti sekarang ini, tetangga Ikin selalu membantunya untuk makan sehari-hari. Bahkan sering memberinya beras. “Kalau sebelum Covid penghasilan saya bisa mencapai Rp70 ribu, kalau sekarang bawa Rp30 ribu saja sudah bersyukur,” terang dia.
Baca juga: Pemdes Sukamaju Apresiasi Bantuan Rutilahu Yayasan Muslim Asia
Di saat orang lain mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk warga terdampak Covid. Ikin hanya bisa mengelus dada, karena tidak mendapatkan bantuan apapun. “Apa karena kami tidak memiliki domisili di sini, sehingga tidak pernah mendapatkan bantuan sosial apapun,” ungkap Ikin.
Tetangga Ikin, Ai (45) membenarkan Ikin diberikan tempat oleh pemilik kontrakan, sampai dibangunkan rumah kecil untuk menampung seluruh keluarganya. Selain sibuk berjualan sayur, kata Ai, pria paruh baya ini juga sering mendapat panggilan warga untuk memperbaiki rumah yang rusak.
“Pak Ikin dan keluarganya kurang bergaul dan bersosial dengan masyarakat sekitar, sehingga tidak banyak orang mengetahinya. Saya juga prihatin melihat kondisi di dalam rumahnya, mereka tidur pun harus berdempetan,” pungkasnya.
Reporter : Faisal Munawar
Redaktur : Garis Nurbogarullah