Pembukaan Lahan Tambak Udang Minajaya Surade Ada Keanehan, 3 Excavator Mati dan 2 Orang Kesurupan, Begini Kata Warga!

FOTO: Alat berat yang dioperasikan pada proyek lahan tambak udang di Pesisir Minajaya,Desa Buniwangi Kecamatan Surade.| dok: Jajang S

LINGKARPENA.ID | Pembangunan tambak udang di Minajaya, Desa Buniwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, sudah dimulai sejak Rabu (8/1/2025). Sebelumnya pemasangan patok green belt pun usai dilakukan PT. Berkah Semesta Maritim (BSM) pada Kamis (2/1/25) lalu.

Saat ini pengerjaan pembangunan tambak udang tersebut memasuk tahap pengolahan lahan. Bakal lahan tambak, termasuk meratakan lahan sekaligus membersihkan lahan dari pohon pohon yang ada atau (nyacar). Dalam pengerjaan itu sedikitnya dilibatkan 8 unit alat berat excavator dan 5 unit dumptruk.

Pada awal pelaksanaan pengerjaan pengolahan lahan tidak ada sesuatu yang menarik, selain alat berat eksavator yang jadi tontonan warga. Memasuki hari ke 5 ada sesuatu yang terjadi diluar nalar. Sedikitnya tiga unit excavator yang sedang beroperasi secara tiba tiba bermasalah.

“Ya hari ini ada dua alat berat yang tidak beroperasi karena bermasalah. Padahal jika dilihat secara kasat mata alat berat tersebut umurnya tidak terlalu tua. Kondisinya pun masih terlihat bagus. Aneh memang. Tapi ya.. itu sih sudah biasa kalau di lokasi seperti ini,” ujar Bah Ajat salah seorang anggota JTM.

Baca juga:  Rangkaian Hari Bakti PU ke 78, Ribuan Warga Pajampangan Mancing Rame-rame di Situ Habiebie

Dijelaskannya, kondisi diluar nalar manusia pada lokasi lokasi ‘bukaan baru’ atau membuka lahan untuk sebuah proyek hal hal supranatural selalu ada. Bagi yang belum terbiasa hal ini tentunya aneh. Tapi lain halnya dengan Bah Ajat yang mengaku sering terlibat di pekerjaan seperti itu.

“Jangan heran soalnya setiap di lokasi membuka lahan, atau bahasa Sundanya Nyacar hal hal supranatural pasti selalu ada. Sikapi saja dengan tenang dan tak usah panik. Kita wajib berdoa dan memohon pada-Nya, serta harus pula berusaha mencari jalan keluarnya,” tandas Bah Ajat.

Kata Bah Ajat, sekira pukul 11.00 WIB ada satu unit alat berat yang tidak beroperasi karena mati mesin. Namun setelah meminta bantuan “orang pintar” dan itu tanpa ada pengerkaan servis mekanis alat berat tersebut bisa dioperasikan kembali.

“Tadi sekitar jam 11.00 WIB ada excavator yang mati mesin. Tapi setelah minta bantuan Bah Dendi dan Eyang Hasan serta Kang Ajo, alhamdulilah mesin excavator bisa hidup lagi. Aneh memang!,” ucap Bah Ajat.

Baca juga:  Pantai Minajaya Jadi Pilot Project Disparbud Provinsi Jabar

Sementara excavator berwarna kuning, hari itu tidak bisa dioperasikan lantaran mesin tidak hidup. Setelah dilakukan pemeriksaan diketahui accu nya bermasalah. Hari itu juga accu kondisi baru dipasang dan mesin alat berat itu bisa hidup lagi. Namun selang beberapa menit Excavator mati lagi.

“Kalau excavator yang itu belum sempat di sareatan atau Jampi-jampi,” terang Bah Ajat.

Sementara, Indra (42), warga sekitar lokasi mengungkapkan, bahwa adanya kejadian diluar nalar yang dialami oleh beberapa alat berat dilokasi lahan sedang digarap itu, kuat dugaan bermuara pada mata air Legok Iduh.

Mata air Legok Iduh berada di lahan yang sekarang sedang digarap oleh PT. BSM untuk dijadikan Tambak Udang. Mata air itu persis berada sekitar 200 meter dari pesisir pantai Minajaya. Pada musim kemarau panjang Mata air Legok Iduh biasa dimanfaatkan warga sekitar, baik untuk mencuci atau untuk air konsumsi.

“Saya menduga adanya alat alat berat yang mengalami kejadian aneh itu ada hubungannya dengan Mata ait Legok Iduh. Sejak adanya kegiatan itu sudah ada dua orang yang kesurupan. Tapi mudah mudahan itu secara kebetulan saja,” ujar Indra.

Baca juga:  Tingkatkan Pelayanan Kesehatan, Gedung Puskemas Buniwangi Dipugar

Di eritakan Indra, Mata air Legok Iduh dulunya dijadikan tempat pembuangan korban pembuhunkan yang dilakukan oleh gerombolan dimasa pasca kemerdekaan. ” Dulu ada orang berada bernama Ki Iduh yang dibunuh gerombolan kemudian mayatnya dibuang ke Mata air tersebut. Dan hingga sekarang nama mata air itu dikenal dengan Legok Iduh,” tetang Indera.

Sementara Uwa Utin (60) warga lainnya yang ditemui Lingkar pena.id mengatakan, bahwa keberadaan mata air Legok Iduh patut disyukuri pihak perusahaan. Sebab kata dia, mata air tersebut sangat tahan airnya meskipun musim kemarau parah.

“Patut bersyukur karena airnya tak pernah surut meskipun pada musim kemarau sekalipun. Selain itu gratis pula,” timpal Uwa Utin.

Diharapkan Uwa Utin, mudah mudahan tidak terjadi sesuatu yang menimpa pekerjanya. “Doa dan keyakinan kepada Allah SWT obatnya,” pungkasnya.

Pos terkait