LINGKARPENA.ID | Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 4 Cibitung, tepatnya berada di Kampung Ciloma, Desa/Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, belakang menjadi perhatian lantaran beberapa hari lalu, sebuah video memperlihatkan perjuangan guru di sekolah itu yang tengah membuang air dari perahu yang bocor dan viral di media sosial Facebook.
Menuju ke SMP Negeri 4 Cibitung perlu ekstra waspada. Pasalnya satu satunya akses terdekat, melalui aliran Sungai Cikaso. Setiap hari, kecuali libur, guru dan siswa harus naik perahu menuju sekolahnya. Bila kondisi air sungai tenang jelas tak masalah, tapi saat air sungai meluap, perlu ekstra hati hati dan berisiko.
Saat ini perahu yang di miliki SMPN 4 Cibitung hanya satu dan kondisinya pun sudah mulai rusak. Perahu itu dimiliki sejak 2019 dengan jenis perahu sampan dan mesin kecil.
Kepala SMP Negeri 4 Cibitung, Layung Prasasti, S.Ip menuturkan, saat ini sekolah yang dipimpinnya itu mempunyai siswa sebanyak 49 orang dengan 14 tenaga pengajar. Siswa yang menggunakan perahu sebanyak 15 orang.
Layung Prasasti, ibu kepala sekolah ini pun setiap harinya tercatat sebagai penumpang perahu. Ia sudah delapan bulan menjabat kepala sekolah SMP Negeri 4 Cibitung. Yang membuat ia bertahan mengabdi di sekolah tersebut, kata dia, guru gurunya kompak dan saling membantu, serta memiliki integritas tinggi, meskipun dalam cuaca bagaimanapun mereka tetap berangkat sekolah.
“Yang menjadi saya kuat dan betah, karena guru gurunya semangat dan berintegritas. Mereka selalu berangkat sekolah walau cuaca buruk sekalipun. Tapi yang membuat saya sedih ketika melihat guru2 yang semangat untuk berangkat sekolah tetapi kondisi perahu nya kurang layak,” ujar Layung.
Sementara mantan kepala SMPN 4 Cibitung, H. Ade Syarif yang juga kepala sekolah pertama di sana membagikan kisahnya. Kata dia, menjadi tenaga pengajar di SMPN 4 Cibitung harus flexsibel. Artinya perlu pengecualian dalam memberikan kebijakan. Jangan disamakan dengan SMP pada umumnya.
“Ya.., seorang guru dituntut legowo. Artinya dalam menerapkan kebijakan kepada siswa harus ada pengecualian. Contohnya saja bila dimusim hujan, atau saat air Sungai Cikaso meluap, lantas ada siswa yang masuk kesiangan itu menjadi hal maklum, tidak harus dikenai sanksi sebab kita tahu kondisi transportasi disana seperti apa,” kata H. Ade.
Lanjut dia, Tahun 2007 SMP Negeri Cibitung 4 masih status SMP kelas jauh. Dua tahun berselang, tahun 2009 status berubah menjadi SMPN Cibitung 4. “Sebelum saya menjadi Plt di sana, seingat saya tahun 2006 pernah mendapat bantuan dua unit perahu. Tapi sekarang kondisinya sudah rusak, baik fisik maupun mesinnya,” tambah Ade.
Aliran Sungai Cikaso menjadi satu satunya jalan menuju ke Kampung Ciloma. Kalaupun ada jalan alternatif, selain jarak tempuh jauh juga melewati hutan. Dan bila musim hujan tak bisa dilalui.
Kini keluarga besar SMPN 4 Cibitung dan para orangtua siswa benar benar membutuhkan perahu untuk aktivitas siswa dan gurunya. Mereka mengharapkan ada pihak yang peduli.
“Perahu yang kami miliki sudah rusak, tak layak pakai. Selain pada bocor mesinnya pun sering mogok. Kami berharap ada pihak lain yang terketuk hatinya,” pungkas Layung Prasasti, Kepala SMPN 4 Cibitung kepada lingkar pena, Rabu (28/8/2024 ).