LINGKARPENA.ID | Seperti dirilis lingkar pena.id sebelumnya ada 11 warga Sukabumi yang di sekap di sebuah daerah konflik, Myawaddy, Myanmar. Mereka diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Dari ke sebelas Warga Negara Indonesia (WNI) asal Sukabumi itu salah satunya adalah Syamsul Diana Akbar (30), warga Kampung Parungseah Berong RT 01/04, Desa Parungseah, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Syamsul Diana Akbar, pemuda yang semula berencana kerja ke Singapura itu, dikabarkan meninggal dunia di Kamboja. Informasi tersebut diterima keluarga Syamsul pada 2 Agustus 2024.
Setelah melalui tahapan proses pemulangan jenazah, ahirnya jasad Syamsul tiba di rumah duka, di Kampung Parungseah Berong, Rt 01/04, Desa Parungseah, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi pada Jumat (13/9/2024) sekira pukul 19:00 WIB.
Sebelumnya jenazah tiba di bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada Jumat (13/9) sekira pukul 11:00 WIB.
Jenazah Syamsul tiba di rumah duka di sambut isak tangis keluarga, kerabat dan handai taulan juga warga sekitar. Tangisan pecah saat keluarga meminta keranda Syamsul dibuka.
Dikatakan Kepala Desa Parungseah Muhamad Munir, penjemputan jenasah Syamsul di Bandara Soekarno Hatta, hingga bisa dibawa pulang memakan waktu dua jam.
“Sampai bandara Sokarno-Hatta jam 11:00 Wib siang, kemudian kita uruskan dulu administrasi dan lain sebagainya itu keluar (dari bandara) sekitar jam 14:00 WIB siang,” ujar Munir kepada awak media.
Saat proses penjemputan dan pengambilan jenasah tidak ada kendala . Pihak keluarga, dibantu lansung dibantu oleh Kementerian Luar Negeri.
“Alhamdulillah tidak ada kendala kita dibantu sama Kementerian Luar Negeri berikut BP2MI dan BP3MI, jadi semua gratis tanpa dikenakan biaya apa-apa. Jadi tugas kita hanya menyediakan ambulance saja,” kata dia.
Informasi didapat, berita kematian Syamsul Diana Akbar diterima pihak keluarga pada tanggal 2 Agustus 2024.
Informasi didapat, menurut keluarga, awalnya almarhum meminta ijin untuk berangkat ke Singapura, dan akan mengurus pembuatan faspor. Setelah faspor itu jadi almarhum ditelpon seseorang yang mengatakan bahwa almarhum ditunggu dibandara untuk keberangkatan.
Setelah tiba dinegara tujuan ternyata bukan Singapura melainkan di Kamboja. Almarhum pernah beberapa kali menghubungi keluarga lewat Whatshapp dan Videocall. Karena itu keluarga percaya keadaan almarhum. Tetapi belakangan dinyatakan meninggal di mess, kabar itu diterima dari rekan kerja dan perusahaan almarhum.