Lingkarpena.id, Sukabumi – Sekolah taman kanak-kanak (TK) di Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, diprotes keras oleh orang tua siswa akibat kelalaiannya dalam membimbing program kegiatan yang dibuat oleh sekolah.
Orang tua siswa di sekolah tersebut mendapatkan undangan kegiatan Supercamp yang dilaksanakan pada hari Jumat (26/03/2021) menginap satu malam untuk mengikuti program yang sudah disusun oleh tenaga pendidik. Salah satu orang tua siswa SY (41) awalnya keberatan mengijinkan anaknya untuk ikut di program Supercamp itu, hingga ibu rumah tangga tersebut tidak menginformasikan undangan kegiatan itu kepada anaknya.
Akan tetapi akhirnya anak tersebut mengetahui tentang adanya program Supercamp itu dari chat pribadi dengan tenaga pendidik.
“Awalnya saya tidak mengijinkan anak saya ikut Supercamp, undangannya sengaja saya tidak kasih tau, tapi ketika dia tau acara itu dari gurunya, saya tidak bisa menolaknya,” jelas SY kepada wartawan.
Keesokan harinya meskipun ada perasaan was-was dalam hati kedua orang tua ini, akhirnya diantar juga anaknya untuk mengikuti program Supercamp. Pelaksanaan program ini dilakukan tidak di lingkungan sekolah yang di Lembursitu, tetapi dilaksanakan pada sekolah yang masih satu nama dengan TK itu yang keberadaanya di Kecamatan Rambay, Kabupaten Sukabumi
Baca juga: Jumlah Positif Covid-19 Tinggi, Pemkot Sukabumi Batalkan Sekolah Tatap Muka
Beranjak malam sekitar pukul 19.00 WIB, ibu rumah tangga ini menyakan kabar kepada gurunya, akhirnya dikirimkan oleh gurunya foto kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh semua siswa. Hal tersebut membuat tenang kedua orang tua siswa yang sedang was-was.
Awal permasalahan terjadi ketika pukul 23.30 WIB, anaknya yang tidak bisa tidur, ingin pulang tetapi pada waktu itu semua siswa dan guru sudah terlelap tidur. Ketika melihat pintu ruang kelas tidak dikunci, anaknya berinisiatif untuk pulang sendiri ke rumahnya di kawasan Lembursitu.
Ia berjalan dari sekolah tempat dilaksanakan program Supercamp sampai dengan depan Koramil 0709 Cisaat. Beruntung pada waktu itu ditemukan oleh penjual ayam goreng yang akan menutup lapaknya karena sudah malam.
Penjual ayam goreng P (27) akhirnya membawa anaknya ke rumah bosnya dan memberitahu tentang kejadian ini. Akhirnya anak tersebut di intoregasi dan menyebutkan ingin pulang sehabis ikut camping. Akhirnya P berinisiatif untuk mengecek kebenaran adanya camping ke sekolah TK itu.
Sampai di sekolah, suasana sudah ramai dengan hilangnya siswa yang ikut Supercamp, lalu penjual ayam goreng itu menyerahkan anak itu kepada pihak sekolah, dan disuruh mengikuti kembali program Supercamp yang belum usai itu oleh pihak sekolah.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka Masih Tunggu Restu Disdik
Yang disesalkan oleh orang tua hingga protes keras kepada pihak sekolah adalah, pertama menyesalkan lalainya pihak sekolah yang tidak mengunci tiga pintu akses keluar sekolah. “Apabila salah satu pintu terkunci, minimal yang terakhir itu gerbang sekolah dikunci, tidak akan terjadi kejadian seperti ini,” ungkap orang tua siswa itu.
Lalu yang kedua adalah perasaan ingin pulang oleh anak kecil adalah hal yang wajar, mengingat anak kecil tidak pernah jauh dari orang tuanya. “Kami menyesalkan pemaksaan untuk mengikuti kembali program Supercamp itu, sedangkan anaknya sendiri ingin pulang,” ujarnya menambahkan.
Dan yang terakhir, orang tua menyesalkan kenapa tidak ada komunikasi dan transparansi ketika ada permasalahan terjadi, sehingga fakta sebenarnya didapatkan dari pihak luar.
SY (41) berharap tidak ada lagi kejadian seperti ini kedepannya. “Saya tidak benci dengan pihak sekolah, saya hanya ingin ini dijadikan pelajaran kedepan, agar tidak terulang lagi seperti ini. Coba bagaimana kejadian ini jika menimpa kepada kalian semua. Saya juga bersyukur kepada Allah sudah diberi lindungan kepada anak saya, hingga selamat dalam kejadian ini,” ujarnya.
Sampai saat ini redaksi sudah menghubungi lewat pesan pribadi dan sambungan telepon langsung, namun pihak sekolah belum ada yang membalas dan belum memberikan keterangan dalam masalah ini.
Redaktur: Dharmawan Hadi