Lingkarpena.id, SUKABUMI – Pemerataan kesempatan belajar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan hak yang sudah seharusnya didapatkan oleh seluruh anak bangsa tanpa terkecuali, termasuk anak-anak di desa.
Di sisi lain ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan pembangunan pendidikan saat ini. Diantaranya faktor ekonomi yang paling dominan menyebabkan banyak anak putus sekolah. Seperti yang diutarakan oleh Arin Fauziah, Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI).
Arin Fauziah mengatakan, karena biaya pendidikan melambung tinggi, tak sedikit anak-anak yang keadaan perekonomiannya kurang baik harus putus sekolah dan bekerja untuk membantu pekerjaan orangtuanya. Selain itu, pemerintah juga terlihat masih kesulitan menyediakan fasilitas pendidikan yang sepenuhnya gratis.
“Selain itu, ada masalah pada pola dan metode pembelajaran yang mengakibatkan kreativitas dan minat baca anak tidak berkembang,” kata Arin kepada Lingkarpena.id, Selasa (22/9/2020).
Sebagai mahasiswi, lanjut Arin, generasi muda yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan, harus mampu menjadi agent of change, setidaknya bisa bahu – membahu bersama semua pihak untuk menuntaskan masalah di dunia pendidikan.
“Kita tidak bisa hanya berpangku tangan saja menonton pemerintah menyelenggarakan pendidikan. Semua pihak harus terlibat, mulai dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus bekerjasama dalam menyelenggarakan pendidikan,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Wadil Falah, Daud Falah menuturkan, bahwa sebagai upaya pemerataan pembangunan pendidikan di desa perlu mendekatkan akses pendidikan agar mudah terjangkau, baik jaraknya maupun biayanya, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
“Ketimpangan dalam pembangunan pendidikan masih dirasakan dan latar belakang ekonomi jadi penentu keberlanjutan pendidikan. Seharusnya dibalik, pendidikan menjadi dasar untuk mendapat penghidupan yang lebih baik. Maka sebisa mungkin lembaga pendidikan harus memberikan keringanan kepada mereka yang kesulitan,” singkatnya.
Reporter : Samsun
Redaktur : Garis Nurbogarullah