LINGKARPENA.ID | Isu gempa Megathrust masih menjadi bahasan diberbagai media online dan media mainstream. Isu itu mencuat setelah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang sempat memperingatkan potensi gempa yang diklaim ‘tinggal tunggu waktu.
Megathrust yang berpotensi melanda Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, ini menarik perhatian serius termasuk warga Sukabumi, lantaran Sukabumi letaknya berada tidak jauh dari zona subduksi Selatan Sunda. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa wilayah Sukabumi juga akan terdampak potensi bencana yang disebabkan gempa megathrust di kemudian hari.
Diketahui, Megathrust Selat Sunda merupakan gempa besar yang memiliki titik pusat di Selat Sunda yang dapat menimbulkan tsunami dan bahkan kerusakan yang meluas.
Terlebih lagi, wilayah pesisir selatan Sukabumi ini merupakan ujung Sesar Cimandiri yang seringkali terjadi gempa. Hal ini justru menimbulkan rasa khawatir pada warga Sukabumi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kabupaten Sukabumi mengungkapkan, tercatat 8 kecamatan di daerah Kabupaten Sukabumi yang rawan berpotensi tsunami ketika gempa megathrust melanda pantai selatan.
“Belum lama ini kami baru mendapatkan peta wilayah potensi terdampak tsunami dari Badan Informasi Geospasial Bogor di mana dalam peta tersebut menyebutkan ada delapan kecamatan yang rawan terdampak tsunami,” ungkap Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi, dikutip dari keterangan tertulis pada Minggu, (25/8) bulan lalu.
Kecamatan yang paling rentan terdampak gempa megathrust ini adalah wilayah yang berada di pesisir selatan, meliputi Cisolok, Ciemas, Ciracap, Pelabuhanratu, Simpenan dan Tegalbuleud.
Apabila dilihat dari peta pemodelan tsunami, jika terjadi gempa di zona Megathrust Selat Sunda, maka warga pesisir Sukabumi diimbau untuk lebih waspada karena ombak setinggi lebih dari 20 meter akan menyapu pantai selatan dari Cisolok hingga Tegalbuleud dalam waktu 20 menit.
Sedangkan di wilayah pesisir Sukabumi, gelombang tsunami bisa mencapai Teluk Palabuhanratu yang meliputi wilayah Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, hingga Simpenan dengan ketinggian ombak rata-rata 3-20 meter dalam waktu 20 menit.
Disimpulkan bahwa Kecamatan Palabuhanratu yang berada di teluk merupakan kecamatan terparah yang rawan potensi tsunami ketika gempa megathrust benar-benar terjadi.
Menanggapi persoalan ini, BPBD memastikan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan yang menjadi salah satu upaya mitigasi bencana jika terjadi tsunami.
BPBD juga menyarankan agar masyarakat dapat menghadapi ancaman tersebut dengan tidak panik. Namun, tetap memperkuat kesiagaan dan kesiapan mulai dari sekarang, karena tidak tahu pasti kapan gempa besar tersebut datang.
Selain itu, BPBD juga memastikan telah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat yang terdampak dengan beberapa upaya, seperti sosialisasi dan simulasi kebencanaan.
Sementara, Pemkab Sukabumi telah membenahi dan memperbaiki sarana prasarana seperti jalur evakuasi dan mengenai rencana lokasi penempatan alat pendeteksi tsunami atau early warning system (EWS).
Alat tersebut dipastikan dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan muka laut yang mengindikasikan tsunami, dengan dilengkapi CCTV, solar cell dan data tersebut langsung dapat terhubung dengan BMKG.
Dalam surat edaran BPBD Kabupaten Sukabumi di intsruksikan seluruh instansi dan masyarakat diwliayah ya masing masing untuk lebih meningkatkan mitigasi non struktural, sehingga lebih siap dan antisipasif terhapad kemungkinan terjadi bencana alam akibat adanya Seismic gap terutama di wilayah Zona Megathrust Pantai Selatan.
Wallah hualam bisawab….