Menjelang Impor 1 Juta Ton Beras, Bulog Kabupaten Cirebon Kurangi Permintaan Beras Petani

Lingkarpena.id, Bandung – Pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor beras sebanyak 1 juta ton dalam setahun ini. Perjanjian Government to Government (G2G) tersebut rencananya akan ditandatangani akhir Maret 2021 ini oleh pemerintah Indonesia dan Thailand.

Usulan yang berasal dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato dan Menteri Perdagangan M Lutfi ditolak oleh para petani Jawa Barat. Alasannya kebijakan tersebut akan mengganggu harga gabah yang ada di Jawa Barat. Selain itu juga Bulog sudah mulai mengurangi kuota penerimaan beras dari petani menjelang dimulainya kebijakan itu. Hal tersebut sangat merugikan petani yang ada di Jawa Barat.

Baca juga:  Libur Natal dan Tahun Baru 2022 Ditiadakan untuk Menekan Inflasi

Baca juga:  Petani Kapulaga di Desa Sirnaresmi Perlu Sentuhan Pemerintah

“Bahwa Kabupaten Cirebon akhir bulan ini mengalami panen raya, nah sedangkan Kabupaten Cirebon ini sudah empat tahun berturut-turut sebagai salah satu pemasok beras Bulog se-Indonesia. Yang jadi masalah untuk tahun ini Bulog Kabupaten Cirebon biasanya dikasih space pengadaan 120 ribu ton sekarang menjadi 21 ton,” ujar H Amrin menyampaikan curhatnya kepada Kang Emil

Baca juga:  Cegah Kasus Gangguan Ginjal Misterius, Erick Perintahkan BUMN Farmasi dan RS Cek Obat-obatan

Aspirasi tersebut disampaikan petani Jawa Barat kepada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil Kamis (18/03/2021) melalui zoom meeting. Kang Emil pun berjanji akan menyampaikan aspirasi ini ke pemerintah pusat dan Badan Urusan Logistik (Bulog) selaku penanggungjawab impor beras ini.

Baca juga:  Lagi, Pupuk Bersubsidi Disoal Petani Desa Buniasih Sukabumi

Ironisnya lagi sampai April 2021 ini saja, Jawa Barat surplus beras 320 ribu ton dan sebentar lagi mau panen raya yang berlimpah.

Baca juga:  Polri dan Polisi Selandia Baru Teken MoU Pencegahan dan Pemberantasan Kejahatan Transnasional

“Daripada impor, sebaiknya beli saja beras hasil petani Jawa Barat. Jika dibanjiri beras impor, maka harga beras petani lokal akan jatuh dan nanti tidak bisa diserap pasar.” saran Kang Emil.

Ia juga berpesan, mari selalu bersemangat untuk swasembada dan membeli produk-produk pangan lokal.

 

Redaktur:  Dharmawan Hadi

Pos terkait