LINGKARPENA.ID | Entah siapa penemu awal kudapan berbahan dasar singkong yang dimasak direbusan nira kelapa, setelah matang disajikan hangat hangat untuk di nikmati. Kudapan tersebut warga Sukabumi Selatan atau Pajampangan menyebutnya ‘Kayamang Sampeu‘ Singkong.
Kayamang berasal dari ngayamang, atau ngambang ( terapung- red ). Dinamai kayamang pada kudapan berbahan dasar singkong itu, mungkin diambil dari cara mengolahnya. Pada saat diolah rebusan singkong ini posisinya selalu terapung maka dinamai kayamang.
Kebiasaan menkonsumsi kuliner recehan ini tidak ada jadual atau batasan waktu, semisal untuk upacara adat. Tetapi kapan saja, dimana saja bisa dilakukan selama bahan dasarnya ada.
Kebiasaan mengkonsumsi kayamang singkong adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh para penyadap gula kelapa di wilaya Sukabumi Selatan.
Sekedar pengganjal perut, biasanya para penyadap selalu memanfaatkan singkong untuk dijadikan makanan selingan, dinikmatinya sambil menunggu proses pembuatan gula kelapa jadi.
Cara buat : sebenarnya tak ada proses yang rumit saat membuat kayamang. Setelah singkong dikupas kulitnya, tanpa dicincang, singkong langsung dicelupkan pada rebusan nira kelapa. Tunggu hingga air nira kelapa berubah mengental, singkong lalu diangkat. Tiriskan hingga lelehan nira yang menempel pada singkong kering sendirinya, dan siap untuk dinikmati.
Ada sensasi tersendiri saat menikmati kayamang. Empuknya rebusan singkong dipadu rasa manis crispy dari Pati nira yang mengering membuat makanan ini banyak digemari warga Pajampangan.
Karena sensasi rasa manisnya yang crispy itulah tak jarang sebagian warga menjadikan kudapan kaum pinggiran ini hadir sebagai ta’jil pengiring buka puasa.
Secara rasa kayamang sama halnya dengan colenak, hanya yang membedakan cara mengolahnya.
Diakui Dadang ( 43 ) seorang pengusaha muda Pajampangan, kayamang memiliki citra rasa khas. Karenanya, ia selalu menjadikan kudapan kelas bawah ini sebagai pelengkap takjil.
“Banyak jenis takjil modern siap santap, tapi saya dibulan puasa selalu pesan kayamang, murah meriah tapi tidak murahan,” aku Dadang.
Kekinian makanan kaum pinggiran banyak dijual diberbagai brand online shop. Artinya kudapan receh tapi tidak recehan ini mendapat tempat di masyarakat.