Jejak Kejayaan Padjadjaran di Kuta Maneuh Gunungguruh Sukabumi, Jadi Magnet Wisata Budaya Sunda

Lokasi menuju Goa Kuta Maneuh dan salah satu keturunan Syekh Ahmad Gunung Masigit, Heni Mulyani.| Foto: Istimewa

LINGKARPENA.ID | Kampung Kuta Maneuh, adalah salah satu magnet wisata jejak kejayaan Kerajaan Padjadjaran yang terletak di Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Tempat itu merupakan salah satu kompleks Niaga pada jamannya.

Pengertian dari kata “Kuta” dalam bahasa Indonesia artinya tempat berlindung atau berkubu. Dan “Maneuh” artinya meposisikan tempat pada tempatnya.

Di Kuta Maneuh tersebut terdapat Goa Empat mata air, atau “Cai Kabuyutan” yang dikeramatkan. Di antaranya Cai Kahuripan, Cai Kajayaan, Sumur Tujuh dan Ciburial yang tak pernah kering walaupun di musim kemarau.

Diketahui, pada saat pemilihan untuk sumber mata air yang dipilih untuk dibawa ke Ibu Kota Nusantara IKN Kalimantan Timur, Tanah Paser, salah satunya adalah mata air yang diambil dari Goa Kuta Maneuh.

Baca juga:  Kapolres Sukabumi Silaturahmi ke SLBN Handayani Cibadak, Bagikan Makanan Bergizi dan Susu Gratis

Menurut Kepala Desa Cikujang Heni Mulyani, yang merupakan salah satu keturunan Syeh Ahmad Gunung Masigit bin Syeh Da’i Kadu Maung Maulana Mansyur Cikadueun Banten menuturkan, di kompleks Kuta Maneuh pada jamannya banyak penganut ilmu Padjadjaran.

Kemakmuran pada kehidupan waktu itu sangatlah damai. Pada jaman itu bisa menciptakan kerukunan dengan saling menghargai antar sesama.

Ada kisah yang memang patut kita cermati dan harus dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Wabup Monitoring Gerakan Pencegahan Stunting di Kecamatan Gunungguruh

“Menurut orang tua saya bercerita, dahulu kenapa ada jejak para wali di Gunungguruh? Alasanya ada dua. perbedaan dan kepercayaan. Satu menganut kepercayaan Ilmu Padjadjaran dan muslim. Namun itu tidak terjadi perselisihan paham. Sehingga beradu ilmu pun tidak berbuntut panjang,” terang keturunan Syekh Ahmad Gunung Masigit itu.

Lanjutnya, “Ya pada saat itu dengan bijak pihak Padjadjaran memberikan pilihan. Mau ikut ajaran muslim juga dipersilahka. Akan tetapi apa itu penganut ilmu Padjadjaran, sampai orang tua saya meninggal tidak mau menceritakan,” sambungnya.

Kehidupan masyarakat Cikujang lebih pada berniaga. Artinya berjual beli dan sebagainya untuk memperoleh keuntungan. Contohnya, usaha mebeuler dan material kayu yang dijadikan kebutuhan dalam rumah tangga seperti lemari, kursi dan yang lainya, itu hingga sampai saat ini.

Baca juga:  Dinas PU Bahas Strategi Perbaikan Jalan Amblas Pasca Bencana

“Ya, kedepan semoga Cikujang hususnya Gunungguruh, bisa menjadi magnet wisata budaya jejak sejarah kejayaan Kerajaan Padjadjaran padajamanya. Ya seperti wisata religi Gunung Masigit yang menyimpan jejak para wali,” tambahnya.

Heni Mulyani menambahkan, “Insya Allah, sudah ada penetapan dua nama Jalan Raya Padjadjaran sampai Kecamatan Gunungguruh dan Jalan Cikujang, mulai dari pertigaan Sungai Cipelang batas Kota sampai akhir tujuan Kuta Maneuh,” terangnya.

Pos terkait