Lingkarpena.id, KOTA BEKASI – Tokoh spiritual yang satu ini memang fenomenal. Selain asal usulnya yang tidak diketahui, ia juga banyak melahirkan tokoh, bahkan salah satunya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintahan SBY pada 3 November 2006 melalui Keppres No. 85/TK/2006, yaitu KH. Noer Ali.
Syekh Muhammad Suhaimi adalah pendatang yang hingga kini belum terkuak asal usulnya. Ia datang saat usianya 12 tahun yang diperkirakan saat itu jatuh pada tahun 1902. Siapa orang tuanya, kakek buyutnya pun hingga saat ini masih belum diketahui.
Encup Supriyatna (57), cucu sekaligus penanggungjawab Makam keramat Syech Muhammad Suhaimi yang enggan disebut juru kunci (kuncen), memaparkan kiprah dan karomah syekh Muhammad Suhaimi kepada lingkarpena.id pada, Rabu 15 September 2021.
Menurut Encup ia pernah menanyakan asal usul kakeknya kepada kedua orang tuanya, namun keduanya tidak ada yang mengetahui banyak selain ia datang saat usia 12 tahun kemudian tinggal dan menetap di kediaman bapak Darmin hingga akhir hayatnya.
“Pada usia 12 tahun eyang guru Muhammad Suhaimi datang dan menetap di rumah bapak Darmin di Kampung Teluk Buyung dan pada usianya yang ke-25 tahun eyang dinikahkan oleh pak Darmin dengan keponakannya yang bernama Ariyah,” papar Encup.
Baca juga: |
DPRD Kota Bekasi: Dalam Kurun Waktu 2 Tahun Total Lahirkan 30 Perda |
Dari pernikahannya ini syekh melahirkan 5 orang anak yang bernama, Suryanah, Ujang Suganda, Supinah, Cecep Suhandi, dan Tuti Supriyati.
“Setelah menikah eyang mulai menyebarkan agama islam dan menggembleng para pejuang rakyat Bekasi untuk berperang melawan Belanda,” terang Encup.
Encup menambahkan bahwa eyang guru memiliki beberapa karomah seperti, bisa membelah diri menjadi empat, dapat menghidupkan orang yang sudah dinyatakan meninggal karena digigit ular, dapat menyelam ke dalam air dan muncul dengan pakaian dalam keadaan kering, dan dapat berbicara dengan hewan dan tumbuhan.
“Pernah suatu saat eyang diminta menghadiri kegiatan keempat muridnya yang waktunya berbarengan. Dan eyang hadir di keempat tempat yang berbeda dalam waktu yang berbarengan,” cerita Encup.
Masih menurut Encup, pernah juga suatu saat eyang menemui penjala ikan yang gelisah karena tidak ada seekor ikan pun yang berhasil ia tangkap. Lalu eyang menghampirinya dan meminta ijin untuk membantu menjalakan ikan, dan hasilnya seluruh jala dipenuhi oleh ikan-ikan.
Baca juga: |
Keluarga Tersangka Pembegalan di Tambelang Bekasi, Gugat Praperadilan |
“Penjala ikan itu akhirnya bertanya kepada eyang bagaimana caranya bisa mendapatkan ikan yang begitu banyak. Eyang berpesan agar ia membacakan dua kalimat syahadat sebelum menebar jalanya ke sungai. Karena merasakan manfaat ajaran eyang, akhirnya penjala ikan tersebut menjadi murid eyang,” terang Encup.
Ditanya soal siapa saja tokoh yang pernah ziarah ke makam syekh, Encup menjelaskan bahwa tepat 40 hari setelah wafatnya eyang Ir. Sukarno Presiden pertama Republik Indonesia datang berziarah ke makam eyang. Dan 65 tahun kemudian Khofifah Indar Parawansa yang saat itu menjabat sebagai Menteri Sosial datang berencana meresmikan masjid Syekh Muhammad Suhaimi, tetapi Khofifah malah berziarah dan tidak melaksanakan prosesi peresmian secara protokoler.
“Diantara para tokoh yang pernah berziarah ke sini selain Presiden Sukarno pas 40 hari wafatnya beliau, ada ibu Khofifah 65 tahun setelahnya, juga ada pak Mochtar Muhamad mantan Wali Kota Bekasi dan pak Rahmat Effendi yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Bekasi,” jelas Encup Supriyatna anak pertama Tuti Supriyati anak ke lima eyang guru Syekh Muhammad Suhaimi.
Syekh Muhammad Suhaimi wafat pada tanggal 5 Desember 1950 dan dimakamkan di kediamannya di Jalan Perjuangan RT 002/009, Marga Mulya, Bekasi Utara, RT.001/RW.009, Marga Mulya, Kec. Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17143.
Reporter: Indra Lesmana
Redaktur: Akoy Khoerudin