LINGKARPENA.ID | Sebagian aktivitas Ibu Rumah Tangga kini secara perlahan-lahan mulai tergantikan dengan teknologi masa kini. Saat ini semakin sulit ditemukan memasak yang menggunakan alat tradisional seperti menggunakan tungku, aseupan dan Seeng.
Mengembalikan penggunaka alat tradisional sepertinya sudah sangat sulit dengan tuntutan zaman di era milenial ini. Padahal sebagian orang menilai rasa nasi yang sesungguhnya sangat enak dan rasanya murni jika menggunakan alat tradisional tersebut.
Mengapa dilakukan cara jadul, sang Ibu sering ditanya anak-anaknya yang hidup di Era Milenial. Bagai mana cara memasak nasi secara tradisional? Ternyata itu ada berapa tahap.
“Seorang Ibu berkata kepada anaknya. Nak ada lima tahap proses memasak nasi secara tradisional,”.
Pertama, terlebih dahulu membilas beras yang sudah dibersihkan memakai wadah sejenis Bakul dalam bahasa Sunda (Boboko). Dan itu memerlukan tiga kali bilasan hingga terbuang warna putih yang melekat pada berasnya.
Kedua, memasukan beras yang sudah dibilas kedalam kerucut ayaman bambu dalam bahasa Sunda (Aseupan). Lalu masukan ke dalam Dandang adalah (periuk besar) yang sering digunakan untuk menanak nasi. Dandang sendiri terbuat dari bahan logam. Dandang tradisional terbuat dari tembaga, sedangkan yang lebih modern terbuat dari alumunium dalam bahasa Sunda (Seeng).
Ketiga, menunggu proses penguapan hingga beras menjadi nasi setengah jadi. Selanjutnya diproses mendinginkan nasi setengah jadi menggunakan Pane adalah alat untuk mendinginkan (angin) nasi yang usai dimasak. Alat itu dipakai secara berpasangan dengan centhong atau irus (alat pengaduk nasi).
Keempat, memasukan kembali kedalam kerucut hingga benar – benar matang untuk proses terakhir pematangan kata lain “ngakeul” dengan mengunakan pane bekas pengalihan yang sudah dibersihkan.
Cara ngakeul mengunakan tiga alat Hihid ( Kipas) Irus ( Centong) Dulang (Pane) lalu nasi dari kerucut di tumpahkan kedalam dulang. Kemudian di aduk dengan memakai Irus di iringi kipas untuk membuang asap uap nasi hingga dingin menjadi nasi, dengan aroma yang khas dan puleun (Sangu Akeul).
Dari semua proses memerlukan waktu kurang lebih satu jam , manfaat memasak nasi secara tradisiol ada manfaat lebih bagi tubuh secara tidak langsung organ tubuh digerakan dengan alat tradisional olah raga yang tidak terasa bagi kaum Ibu.
Semoga bermanfaat dan menjadi edukasi serta literasi bagi kita semua, mengenang kebiasaan jadul di masa kini.