Lingkarpena.id, SUKABUMI – Sarana transportasi angkutan perkotaan (angkot) di Kota Sukabumi semakin terjepit dewasa ini. Terlebih di tengah maraknya transportasi online, ditambah masa pandemi Covid-19.
Sopir angkota trayek 14 jurusan Bhayangkara, Ade (43) mengatakan, penghasilan pengemudi angkot semakin merosot di masa pandemi Covid-19 ini. Apalagi kebanyakan unit angkot bukan milik pribadi, sehingga harus mendahulukan setoran ke pemilik.
“Penghasilan sisa setoran paling banyak Rp50 ribu per hari, rata-rata cuma Rp15 ribu sampai Rp20 ribu. Bahkan, tak jarang cuma dapat buat setoran dan bensin saja, akhirnya kita utang setoran dulu buat kebutuhan di rumah,” tuturnya kepada lingkarpena.id, Jum’at (11/12/2020).
Baca juga: Dishub Ungkap Alasan Angkot Belum Terintegrasi ke Terminal
Baca juga: Terminal Tipe A KH A Sanusi Sepi, Ini Penjelasan Kater
Menurutnya, sebelum pandemi saja penghasilan sopir angkot sudah menurun drastis, akibat maraknya transportasi online. Selain itu, merebaknya wabah pandemi Covid-19 membuat penumpang was-was naik angkot. Di tambah juga ada pembatasan jumlah penumpang.
“Banyak kawan-kawan kita yang lebih memilih banting setir ke pekerjaan lain, karena setiap jalan narik malah jadi menambah hutang setoran ke pemilik kendaraan,” ungkapnya.
Baca juga: Mubazir, Eks Lahan Terminal Sudiman Dibiarkan Terbengkalai
Sementara pengguna jasa transportasi umum, Yuli (19) mengaku lebih memilih transportasi online. Ia menilai transportasi online lebih mudah dalam pemesanannya, lebih efisien, dan lebih terjaga kebersihannya.
“Lebih praktis dan lebih bersih, di dalam rumah saja saya bisa memesan ojeg atau mobil angkutan online,” ucapnya singkat.
Reporter : Faisal Munawar
Redaktur : Alan