Mantan PMI Asal Sukabumi Hasilkan Jutaan Rupiah dengan Budidaya Jamur Tiram Rumahan

LINGKARPENA.ID | Mencoba peruntungan lewat bisnis budidaya jamur tiram. Kisah inspiratif hadir dari seorang mantan atau purna Pekerja Migran Indonesia (PMI) Seorang pria bernama Hasanudin (35) kini telah mendulang sukses melalui budidaya jamur tiram.

Sekitar tahun 2021 dirinya mulai mendirikan usaha di rumahnya yang beralamat di Kampung Kebon Jeruk RT 03 RW 10 Desa Sukamulya Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi, dengan modal awal Rp. 6 juta.

Baca juga:  Harga Ayam Broiler di Pasar Rakyat Juara Sukaraja Masih Mengalami Kenaikan Harga, Berikut Daftar Harganya!

Sebelumnya, Hasanudin bekerja di Jepang selama kurang lebih tiga tahun dan berfokus dibidang pertanian, hal tersebut menjadi modal awal dalam menjalankan bisnisnya.

Sebetulnya bisnis jamur tiram ini sangat mudah dan menjanjikan, jika ditekuni bersungguh dan memiliki kegigihan yang kuat.

Selain itu, Hasan menerangkan dalam sehari memproduksi sekitar 225 log atau media budidaya jamur, dan dalam satu periode (4-5 hari) bisa memproduksi 1000 log. Mengacu pada hasil panen, bisa mendapat keuntungan berkisar antara 2,5 hingga 3 juta perbulannya.

Baca juga:  Sepi Pembeli, PKL Ini Terancam Gulung Tikar

“Untuk harga jamur tiram perkilo gramnya di jual mulai dari Rp13 ribu sampai Rp15 ribu dalam satu hari, alhamdulillah bisa dapat dapat penghasilan bersih sekitar Rp100 ribu, kalau di kalkukasikan perbulan mungkin sekitar Rp2,5-3 juta perbulannya, dengan area pemasaran di pasar Cikembang, para pedagang makanan jamur crispy, dan masyarakat setempat,” tuturnya.

Baca juga:  Plh. Sekda Hadiri Giat Sosialisasi UMKM

Perlu diperhatikan kendal yaitu, Pengaruh cuaca kemarau menyebabkan log yang kering jadi menyumbat pertumbuhan jamur, karena budidaya jamur membutuhkan suhu udara yang lembab. Penanganannya untuk musim panas harus sering menyiram minimal tiga hari sekali tergantung kondisi log jamur,” ungkapnya.

“Kendala yang kedua produksi dari bahan baku serbuk gergaji dan dedak yang sulit karena barangnya susah sering berebut dengan PLTU dan pabrik kapur.

Pos terkait