LINGKARPENA.ID | Gerombolan bermotor kembali berulah meresahkan warga di Kota Sukabumi Jawa Barat sehingga menimbulkan korban akibat ulahnya tersebut.
Kali ini dialami oleh seorang remaja berinisial PA (17). Ia harus tergolek di ranjang rumah sakit lantaran mengalami luka serius akibat di bacok dengan menggunakan senjata tajam (sajam) yang masih menempel dibagian pelipis matanya.
Diketahui peristiwa tersebut terjadi di Jalan Jalur Lingkar Selatan tepatnya di perempatan Jalan Cemerlang, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi pada Sabtu malam tadi (03/09/2022) sekira pukul 23.30 WIB.
Salah satu saksi AP (18) mengatakan, pada malam tadi seusai ia nongkrong, kemudian pulang dari arah Cisaat menuju Rambay. Ketika itu I, (17) mengendarai sepeda motor dengan membonceng PA (17) sang korban. Lalu tiba-tiba datang Gerombolan bermotor lebih dari tiga motor datang melawan arus.
“Nah, pada saat berpapasan, salah satu dari gerombolan bermotor tersebut mengeluarkan sajam dan akan melakukan pembacokan kepada I dan PA. Saat itu I berhasil menghindar, namun PA tidak sempat menghindar sehingga terkena bacok dibagian pelipis mata,” kata AP, kepada Lingkarpena.id, Minggu (04/09/2022).
Saat itu sambung dia, I (17) mengendarai sepeda motor membawa penumpang PA. Pas kejadian itu I melihat langsung karena posisi nya berada di belakang, yang pada akhirnya berhasil menghindar, tapi PA tidak.
“Seusai melakukan pembacokan para pelaku langsung kabur melarikan diri, Namun saat melihat kondisi PA, ternyata sajam tersebut tertancap di kepalanya dan langsung dibawa oleh teman-temannya ke RSUD Al-Mulk Lembursitu, Kota Sukabumi,” jelasnya.
Dijelaskan PA saat dibawa RSUD Al-Mulk, tetapi setelah tiba disana pihak RSUD Al-Mulk menolak karena lukanya cukup para sehingga tidak bisa ditangani.
“Kemudian langsung menyarankan untuk dirujuk ke RSUD R Syamsudin SH dengan menggunakan Ambulance RSUD Al-Mulk,” tandasnya.
Sementara itu, Kakak korban, NPL (35), mengaku sangat kecewa setelah mengetahui bahwa pihak rumah sakit menyampaikan terkait pembayaran untuk perawatan adiknya tidak bisa menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) karena sudah aturan dari BPBJ Kesehatan.
“Yang pasti sangat sedih, kecewa, kenapa tidak bisa memakai KIS, Karena pada dasarnya, kita sedang mendapatkan musibah, kita menginginkan harapan bantuan, dan menggunakan kartu KIS itu agar bisa digunakan karena tidak bisa membayar tunai,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia menjelaskan dengan kejadian yang menimpa adiknya tersebut yang kini kondisi mata sebelah kanannya di cabut akibat sajam yang menancap di bagian kepalanya, pihak keluarga berharap agar bisa membayar biaya operasi dan rawat inapnya menggunakan KIS atau BPJS kesehatan.
“Kami berharap kepada pihak terkait, khususnya BPJS Kesehatan supaya bisa membantu kami. Karena dari mana kita bisa mendapatkan uang tunai untuk pembayaran biaya operasi ini,” harapnya.
Masih kata dia, kini pihak keluarga merasakan sedih karena dengan kondisi salah satu keluarganya yang harus kehilangan satu mata sebelah kanan. Pihak keluarga juga berharap pihak-pihak lainnya bisa memahami keadaan keluarga yang sedang benar-benar kesulitan, baik dari mental, dan hati yang hancur.
“Harapannya pihak rumah sakit terkhusus BPJS bisa memahami keadaan keluarga kami, dengan musibah yang kita hadapi sekarang. Mata adik saya kehilangan satu, oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu setelah operasi kita harus memikirkan biayanya, sedangkan biayanya kita harus mencari dari mana,” pungkasnya.