Lingkarpena.id, SUKABUMI – Antusias warga Kampung Cibencoy, RT 01/01 Desa Mangkalaya Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi, pada pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan pemukiman. Pengecoran jalan yang dilaksanakan secara swadaya dengan cara gotong-royong melengkapi pembangunan yang sebelumnya mendapat kucuran dari Dinas Perkim Sukabumi.
Pengecoran bahu jalan dilakukan guna menambah luas badan jalan yang terlalu sempit. Penambahan bahu jalan yang dilakukan pengecoran melalui dua sisi bahu kanan dan kiri jalan. Dengan begitu kendaraan roda empat yang berpapasan tidak kesulitan karena area badan jalan menjadi tambah luas.
Ketua PK KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kecamatan Gunungguruh Sayyid Agil mengatakan, dari kegiatan yang dilakukan para pemuda merupakan sebagian bentuk ibadah jika menurut Agama Islam. Ibadah tidak semestinya yang sudah layak dilakukan oleh kita melalui seperti kewajiban manusia pada umumnya.
Baca juga: |
Refocusing Anggaran di BBAT Sukabumi, Sayyed Agiel: Pembatalannya Tidak Relevan |
Sayyid Agil menuturkan, kepedulian terhadap lingkungan yang biasa dilaksanakan warga pada umumnya saat ini sudah mulai redup. Kembali kepada pribadi dan motor penggerak pada suatu pekerjaan yang mengedepankan kepentingan umum terutama manfaat yang dirasakan oleh orang banyak.
“Kepedulian terhadap lingkungan merupakan sebagian dari pada Iman, ”Al- islamu nadifun fatanaddafu fainnahu la yadkhululjannata illa nadifun” (HR. Baihaqiy) kata Sayyid Agil, kepada lingkarpena.id Jumat (27/08/2021).
“Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang suci” terangnya.
Baca juga: |
PK KNPI Gunungguruh, Komando Perbaikan Jalan Lingkungan Demi Memerdekakan Pengendara |
Agil berharap, semoga kegiatan ini menjadi contoh tauladan bagi kita dan siapapun dalam menjalankan kehidupan di dalam berbangsa dan bermasyarakat. Menurutnya, dalam menjalin silaturahmi antar tetangga harus menjadi budaya kita seperti orang-orang terdahulu dimana sifat ke gotong-royongan hidup dan dijalankan.
“Yaa menjaga kesatuan dan persatuan terciptanya aman tentram dan damai cukup sulit. Kami coba kembali menciptakan kehidupan yang selaras dan semestinya di masyarakat,” pungkas Agil.
Reporter: A, wbs
Redaktur: Akoy Khoerudin